Oleh Totok Prasetyono, S.Pd, M.Sc.
Setiap awal tahun pelajaran dapat dikatakan menjadi awal yang sibuk bagi guru dalam mempersiapkan perencanaan mengajar atau lebih dikenal dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP itu dibuat sekaligus, dijilid rapi lalu ditandatangankan ke Kepala Madrasah bahkan bisa sampai ke pengawas. Berbagai cara pun dilakukan oleh seorang Guru. Mulai dari cara mengkopi dari teman lalu ditutup dan diganti namanya, sampai dengan cara yang paling canggih memperoleh RPP dengan mengambil soft copy dari teman atau mendownload lewat internet. Setelah RPP tersusun, puaslah guru yang membuat RPP. Namun sebenarnya, RPP Guru untuk apa? Dan bagaimanakah cara menyusun RPP yang baik dan efektif?
Terdapat empat tugas utama seorang guru, yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, melakukan evaluasi, dan melaksanakan tugas tambahan lainnya. Membuat perencanaan untuk proses pembelajaran adalah tugas utama Guru yang pertama. Dengan kata lain menyusun RPP adalah hasil kerja/produk Guru yang pertama.
RPP merupakan perencanaan pembelajaran yang digunakan guru sebagai acuan dan pedoman mengajar ketika di dalam kelas. Semua kegiatan yang akan diperagakan oleh Guru sudah tertuang di dalam RPP. Sehingga RPP bisa diibaratkan sebagai kompas yang digunakan seorang navigator dalam sebuah pelayaran kapal di laut. Tanpa ada kompas navigator akan kebingungan ke mana kapal akan diarahkan. Logikanya seorang Guru akan kebingungan apabila berangkat mengajar di dalam kelas tanpa memegang RPP. Dengan begitu, saat mengajar, RPP harus siap dibawa ke kelas.
Sungguh teori hanya sekedar teori, kenyataannya RPP yang sudah ditandatangani kepala sekolah hanya sekadar sebagai dokumen yang disimpan di meja atau lemari guru dan dicadangkan untuk persediaan andaikata terjadi pemeriksaan. Saat mengajar, guru kembali ke modal hapalan tanpa melihat RPP. Jadi, pembelajaran klasik dan konvensional senantiasa terjadi meskipun RPP guru berpola pembelajaran modern.
Sebenarnya RPP disusun adalah berdasarkan pengalaman Guru pada saat mengajar, dengan begini akan diketahui kelemahan-kelemahan RPP. Karena tidak semua rencana akan sesuai dengan kenyataan. Sehingga secara langsung kita akan mempunyai draft RPP untuk tahun berikutnya, dengan cara mencoret hal-hal yang tidak sesuai dan menambah segala sesuatu yang diperlukan untuk kesempurnaan RPP berikutnya. Dengan begitu, RPP selalu terbarui berdasarkan kondisi pembelajaran yang tengah berlangsung.
Kalau hal ini bisa diterapkan insya Allah, akan lebih menghemat waktu dan tenaga untuk pembuatan RPP di tahun-tahun berikutnya. Karena, RPP bersifat mempribadi berdasarkan kondisi siswa, kelas, dan menu kompetensi dasar yang akan dicapai.Dan kegiatan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) bisa diisi dengan hal-hal yang lebih bermanfaat untuk pengembangan kompetensi Guru dan tidak hanya untuk menyusun RPP saja.
totokprasetyono
Rabu, 28 April 2010
Senin, 18 Januari 2010
CLASSIC AND MODERN MEASUREMENT
To determine the item difficulty of item, we recognize the classic measurement and modern measurement. The classic measurement taken by the correct answer proportion from all testees to an item. Although referred as classic measurement, but still be used up to now
The classic Measurement have the weakness, if an item or quesioner replied by different testee group, hence the item characteristic generally will be change to alter. Equally that item difficulty wil be change, because answered by different competitor group.This matter is the weakness from the classic measurement.
Modern measurement aim to eliminate the weakness of the classic measurement. Especial target of modern measurement is discharge not apart its between the item tes with testee. With the modern measurement, the character of item will being equal, not become problem the which testees do it. That way also, the characteristic of testee will being equal, not become problem the which item answered to.
Next description can be asked to totokprasetyono@yahoo.co.id
The classic Measurement have the weakness, if an item or quesioner replied by different testee group, hence the item characteristic generally will be change to alter. Equally that item difficulty wil be change, because answered by different competitor group.This matter is the weakness from the classic measurement.
Modern measurement aim to eliminate the weakness of the classic measurement. Especial target of modern measurement is discharge not apart its between the item tes with testee. With the modern measurement, the character of item will being equal, not become problem the which testees do it. That way also, the characteristic of testee will being equal, not become problem the which item answered to.
Next description can be asked to totokprasetyono@yahoo.co.id
MODEL RASCH MULTILEVEL
Model Rasch merupakan salah satu model pengukuran modern IRT (Item Response Theory).
Model Rasch paling sering digunakan karena bentuknya yang sederhana. Melalui model ini kita dapat memperoleh taraf kesukaran butir soal dan tingkat kemampuan peserta tes dengan cara mengestimasi.
Setelah mengetahui tingkat kemampuan siswa kadang-kadang masih menimbulkan pertanyaan. Sesungguhnya latar belakang apa yang menyebabkan seorang siswa mempunyai jawaban/respon yang demikian.
Dalam beberapa kasus kemampuan siswa dipengaruhi oleh
1. Guru yang mengajar
2. Perlakuan yang berbeda di tiap-tiap kelas yang ditempati
3. Status/kemampuan sekolah yang ditempati
4. Daerah/letak sekolah berada
Untuk mengetahui taraf kesukaran soal dan tingkat kemampuan siswa sekaligus mengetahui apakah kelas serta sekolah yang ditempati itu memberikan pengaruh terhadap jawaban siswa, maka digunakanlah pengukuran MODEL RASCH MULTILEVEL.
Pembahasan lebih lanjut tentang MODEL RASCH MULTILEVEL, email ke totokprasetyono@yahoo.co.id
Model Rasch paling sering digunakan karena bentuknya yang sederhana. Melalui model ini kita dapat memperoleh taraf kesukaran butir soal dan tingkat kemampuan peserta tes dengan cara mengestimasi.
Setelah mengetahui tingkat kemampuan siswa kadang-kadang masih menimbulkan pertanyaan. Sesungguhnya latar belakang apa yang menyebabkan seorang siswa mempunyai jawaban/respon yang demikian.
Dalam beberapa kasus kemampuan siswa dipengaruhi oleh
1. Guru yang mengajar
2. Perlakuan yang berbeda di tiap-tiap kelas yang ditempati
3. Status/kemampuan sekolah yang ditempati
4. Daerah/letak sekolah berada
Untuk mengetahui taraf kesukaran soal dan tingkat kemampuan siswa sekaligus mengetahui apakah kelas serta sekolah yang ditempati itu memberikan pengaruh terhadap jawaban siswa, maka digunakanlah pengukuran MODEL RASCH MULTILEVEL.
Pembahasan lebih lanjut tentang MODEL RASCH MULTILEVEL, email ke totokprasetyono@yahoo.co.id
Selasa, 10 Maret 2009
Belajar Lewat Ponsel, Bisakah?
Dikutip dari Tablod PULSA Edisi 138 Th VI / 2008 / 14 – 27 Agustus 2008
Oleh Iskandar
Dengan tambahan dan pengurangan seperlunya.
Buku pelajaran sekolah buat sebagian orang terasa membebani ketika diwajibkan untuk membeli. Ini yang menjadikan Departemen Pendidikan Nasional mengubah bentuk buku tersebut ke dalam format digital dan dapat didownload secara bebas dan gratis.
Sayangnya langkah Pemerintah itu pin masih dipersoalkan. Dengan alasannya antara lain:
1. tidak semua orang memiliki akses internet
2. tidak semua orang bisa mengoperasikan internet.
Dan akhirnya Pemerintah berniat untuk menyebarkan buku digital itu dalam bentuk CD.
ah, jika Anda memang ingin memiliki buku pelajaran digital silakan download di http://bse.kemmdiknas.go.id/.
Di jaman serba mobile seperti saat ini, belajar atau mengulang pelajaran di sekolah tak melulu di rumah. Kita bisa memanfaatkan waktu luang kapan pun dan di mana pun.
Sekarang bagaimana caranya agar buku tersebut mudah dibawa ke mana saja. Di sini akan diuraikan bagaimana agar buku tersebut bisa disimpan dan dibaca di ponsel. Ada beberapa keuntungan jika buku sekolah bisa masuk ponsel, antara lain:
1. Lebih praktis, karena bisa dibawa ke mana-mana,
2. Keberadaan ponsel saat ini merupakan trend bagi anak-anak pelajar dan remaja,
3. Ponsel jelas lebih ringan dan lebih kecil jika dibandingkan buku pelajaran.
Walaupun memiliki keuntungan masuknya buku pelajaran ke dalam ponsel, namun ada juga kelemahannya, yaitu susah pada saat membaca karena bentuknya terlalu kecil. Namun kalau hanya untuk sekedar mengingat kembali pelajaran, rasanya cukup menarik.
Ponsel Java Support
Buku elektronik yang disebarkan Departemen Pendidikan Nasional menggunakan format PDF. Di komputer/PC bersistem Windows, format tersebut bisa dibuka lewat aplikasi Adobe Acrobat Reader. Bagaimana jika Anda ingin membuka di ponsel?
Bagi pengguna ponsel Java, ada beberapa aplikasi yang bisa digunakan, di antaranya adalah MobilePDF. Aplikasi ini bisa didapatkan di http://gallery.mobile9.com/f/293149/. Untuk download langsung ke ponsel via WAP kunjungi http://wap.mobile9.com/ masukkan kode 293149.
Ponsel OS Terbuka
Ponsel bersistem operasi terbuka semisal Symbian dan Windows Mobile lebih banyak lagi aplilkasi yang tersedia. Bahkan Adobe sendiri menyediakannya secara gratis. Tepatnya Anda bisa mendownload di http://www.adobe.com/products/acrobat/readstep2_mobile.html.
Aplikasi lainnya adalah PDF+. Yang ini khusus untuk Symbian 3rd edition termasuk untuk S60 dan UIQ. Biasanya, di beberapa ponsel aplikasi ini sudah diinstall sebelumnya. Tapi buat yang belum memiliki, coba download di http://www.mbrainsoftware.com/S60_3rd/Pdf/Pdf.htm.
Bagi pemilik PDA phone berbasis Windows tidak usah kuatir, aplikasi Acrobat Readernya sudah Anda dapatkan, sekarang tinggal pikirkan bagaimana caranya agar file PDF dibuat seringan mungkin. Tujuannya agar tidak memakan banyak memori ponsel.
Caranya mudah, asal Anda menggunakan software Adobe Acrobat Professional. Prosespengecilan file ini dilakukan di PC Anda. Berikut langkah-langkahnya:
1. Aktifkan Adobe Acrobat Professional, kemudian buka file PDF yang sudah Anda download.
2. Masuk ke menu “File” kemudian pilih “Reduce File Size”.
3. Berikutnya Anda akan diberi pilihan untuk menentukan versi Acrobat yang diinginkan. Lebih amannya pilih yang paling rendah. Setelah selesai, simpan pekerjaan Anda dengan nama yang berbeda.
Hasil pengecilan file ini cukup signifikan, dari total 54,1MB file asli yang dodownload, jadi hanya 8,49MB saja.
SELAMAT MENCOBA DAN SELAMAT BELAJAR
Senin, 05 Januari 2009
How to Promote Spiritual Life Through Mathematics Teaching
By Totok Prasetyono
Al Qur’an suggest Muslem to so that claim science. This matter is proven by the primeval sentence descend which deal with science, that is Holy of Letter Al ' Alaq article 1 up to 5, containing about command read to be we know the something that we do not known. Allah also will heighten degree of religious people and scientist.
Spiritual life can be promoted by mathematics teaching, with way as follow
1. Writing the sentence of Al Holy, Al Hadist, or words of Islam in the book of Mathematics as
according to items of mathematics Iesson to be learned, like at book of Mathematika
Madrasah Tsanawiyah of Class VII (Book of 1 and 2) year of 2004 , Kanwil Depag of Central
Java Province.
2. Making object or place of religious service as study media, for example:
a. The cube model: ka'bah.
b. The tube model: bedug, kentongan.
c. Comparison / scale: Map migrate / the struggle of Prophet of Muhammad SAW.
3. Giving moral message in each mathematics teaching, for example:
a. About group discussion ( Az Zanuji in Muta'alim)" Discuse one hour better from at
repeating Lesson of during one year"
b. About scientist (Holy of Letter of Al Mujaadalah: 11 "…. Allah heighten people who believe
of among you and people who given by the science of some degree……".
c. In every final of Iessons, follow the example of:
1) The Set Items: (Az Zanuji-in The Ta'limul Muta'allim) " You don't ask about
somebody person. just Asking whose is friend associate with him".
2) Social of Aritmatics Items: ( Az Zanuji-in Ta'limul Muta'allim) “Will can’t science
without six matter, intellegence, starve of science, calmly, adequate expense, guide of
the teacher, and time answering the demand”.
By Totok Prasetyono
Al Qur’an suggest Muslem to so that claim science. This matter is proven by the primeval sentence descend which deal with science, that is Holy of Letter Al ' Alaq article 1 up to 5, containing about command read to be we know the something that we do not known. Allah also will heighten degree of religious people and scientist.
Spiritual life can be promoted by mathematics teaching, with way as follow
1. Writing the sentence of Al Holy, Al Hadist, or words of Islam in the book of Mathematics as
according to items of mathematics Iesson to be learned, like at book of Mathematika
Madrasah Tsanawiyah of Class VII (Book of 1 and 2) year of 2004 , Kanwil Depag of Central
Java Province.
2. Making object or place of religious service as study media, for example:
a. The cube model: ka'bah.
b. The tube model: bedug, kentongan.
c. Comparison / scale: Map migrate / the struggle of Prophet of Muhammad SAW.
3. Giving moral message in each mathematics teaching, for example:
a. About group discussion ( Az Zanuji in Muta'alim)" Discuse one hour better from at
repeating Lesson of during one year"
b. About scientist (Holy of Letter of Al Mujaadalah: 11 "…. Allah heighten people who believe
of among you and people who given by the science of some degree……".
c. In every final of Iessons, follow the example of:
1) The Set Items: (Az Zanuji-in The Ta'limul Muta'allim) " You don't ask about
somebody person. just Asking whose is friend associate with him".
2) Social of Aritmatics Items: ( Az Zanuji-in Ta'limul Muta'allim) “Will can’t science
without six matter, intellegence, starve of science, calmly, adequate expense, guide of
the teacher, and time answering the demand”.
Selasa, 30 Desember 2008
PEMANFAATAN TV EDUKASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN
Oleh: Totok Prasetyono
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali justru membawa dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positif. Sebagai contoh adalah perkembangan dunia televisi. Program acara televisi lebih banyak yang bersifat hiburan daripada pendidikan. Oleh karena itu Pustekkom memanfaatkan momentum ini dengan menyuguhkan program siaran pendidikan melalui televisi edukasi.
Sebagai media pembelajaran televisi sangatlah bagus karena bisa dikatakan 99,9% rumah telah mempunyai pesawat televisi, bahkan tidak sedikit satu kamar mempunyai satu pesawat televisi. Guru/pendidik harus mampu mengetahui situasi dan kebiasaan siswa di lingkungannya. Oleh karena itu kesukaan, hobi dan kebiasaan siswa tersebut harus bisa dimanfaatkan sebagai suatu media belajar, walaupun siswa menonton TV, tetapi sebenarnya sudah melakukan proses pembelajaran yang tanpa dia sadari.
Berdasarkan pernyataan di atas sangatlah tepat kiranya apabila seorang guru mampu memanfaatkan kesukaan, hobi dan kebiasaan siswa menonton televisi sebagai suatu media belajar.
TV Edukasi
TV edukasi adalah salah satu stasiun televisi yang dimiliki oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Departemen Pendidikan Nasional. Siaran televisi pendidikan dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia dan telah disiarkan oleh TVE, TVRI dan televisi swasta lainnya. Penyelenggaraan siaran televisi pendidikan merupakan salah satu strategi untuk memperbaiki kondisi dunia pendidikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Sejalan dengan hal di atas Pustekkom pada tahun 2004 sampai dengan 2005 telah merintis lokasi pemanfaatan siaran di 260 lokasi yang meliputi SMP, termasuk SMP terbuka dan SMA Terbuka. Pada tahun 2006 Depdiknas juga telah membagikan perangkat penerima siaran Televisi Edukasi kepada 28.376 SMP/MTs di Indonesia yang berada di Kabupaten pada 33 propinsi. Sedangkan pada akhir tahun 2007 Pustekkom Depdiknas telah membagikan ke SMP/MTs di kota seluruh Indonesia televisi, DVD player, parabola dan genset (bagi daerah terpencil) untuk memanfaatkan siaran TVE.
Pemanfaatan TVE
Dalam pemanfaatan TVE yang perlu diperhatikan adalah bahwa kita harus mengetahui program acara yang akan ditayangkan oleh TVE. Strategi pemanfaatan siaran TV-edukasi bisa dilakukan secara:
1. Terintegrasi dengan Proses Belajar Mengajar (PBM)
Dalam pelaksanaannya sebaiknya siaran TVE direkam dulu. Berikut ini adalah contoh langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada materi Operasi Hitung Aljabar Kelas VII semester ganjil.
1) Apersepsi
a. Mengkoordinasi pembentukan kelompok pada siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.
b. Memberi apersepsi dan motivasi
- Mengingatkan kembali tentang penjumlahan dan pengurangan suku-suku sejenis.
- Menanyakan berapa hasil dari 4kg + 3kg + 5cm + 6cm = ....
- Mengumpulkan alat-alat tulis setiap anggota dalam kelompok masing-masing 2 jenis.
- Siswa diharuskan untuk menyimak materi yang sedang di tayangkan, membuat catatan serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam program TVE.
2) Saat menyaksikan program siaran TVE
Guru ikut menyaksikan tayangan bersama siswa sambil mengamati aktivitas siswa dan memfasilitasi kegiatannya.
3) Setelah menyaksikan program siaran TVE
Siswa mengerjakan tugas kelompok, yaitu mengelompokkan benda-benda yang telah dikumpulkan yang masing-masing terdiri dari 2 jenis benda yang berbeda, kemudian siswa membuat bentuk aljabar dari benda-benda dari kedua jenis tersebut dalam bentuk variabel-variabel. Masing-masing kelompok membuat kesimpulan dari program ini, mempresentasikan hasilnya serta memberi kesempatan kelompok lain bertanya. Siswa mengerjakan LKS yang telah disediakan.
4) Langkah Penutup (Tindaklanjut)
Memberikan waktu dan memfasilitasi kelompok dalam penugasan awal serta memberikan rangkuman akhir.
2. Jam kosong
Pada saat jam kosong siswa diberi tugas untuk menonton TVE dan membuat catatan hasil selama menyaksikan TVE.
3. Penugasan di rumah
Penugasan di rumah harus memperhatikan jadwal siaran TVE yang telah disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan.
Manfaat Pemanfaatan TV Edukasi sebagai Media Pembelajaran
a. Bagi Siswa : Siswa termotivasi, sehingga senang belajar tanpa harus meninggalkan kesukaan, hobi dan kebiasaannya.
b. Bagi Guru : Dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran berbasis IT.
c. Bagi Sekolah : Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
d. Pengembangan Kurikulum : Merupakan upaya penyempurnaan kurikulum.
Oleh: Totok Prasetyono
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi seringkali justru membawa dampak negatif yang lebih besar daripada dampak positif. Sebagai contoh adalah perkembangan dunia televisi. Program acara televisi lebih banyak yang bersifat hiburan daripada pendidikan. Oleh karena itu Pustekkom memanfaatkan momentum ini dengan menyuguhkan program siaran pendidikan melalui televisi edukasi.
Sebagai media pembelajaran televisi sangatlah bagus karena bisa dikatakan 99,9% rumah telah mempunyai pesawat televisi, bahkan tidak sedikit satu kamar mempunyai satu pesawat televisi. Guru/pendidik harus mampu mengetahui situasi dan kebiasaan siswa di lingkungannya. Oleh karena itu kesukaan, hobi dan kebiasaan siswa tersebut harus bisa dimanfaatkan sebagai suatu media belajar, walaupun siswa menonton TV, tetapi sebenarnya sudah melakukan proses pembelajaran yang tanpa dia sadari.
Berdasarkan pernyataan di atas sangatlah tepat kiranya apabila seorang guru mampu memanfaatkan kesukaan, hobi dan kebiasaan siswa menonton televisi sebagai suatu media belajar.
TV Edukasi
TV edukasi adalah salah satu stasiun televisi yang dimiliki oleh Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pustekkom) Departemen Pendidikan Nasional. Siaran televisi pendidikan dapat menjangkau seluruh wilayah di Indonesia dan telah disiarkan oleh TVE, TVRI dan televisi swasta lainnya. Penyelenggaraan siaran televisi pendidikan merupakan salah satu strategi untuk memperbaiki kondisi dunia pendidikan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Sejalan dengan hal di atas Pustekkom pada tahun 2004 sampai dengan 2005 telah merintis lokasi pemanfaatan siaran di 260 lokasi yang meliputi SMP, termasuk SMP terbuka dan SMA Terbuka. Pada tahun 2006 Depdiknas juga telah membagikan perangkat penerima siaran Televisi Edukasi kepada 28.376 SMP/MTs di Indonesia yang berada di Kabupaten pada 33 propinsi. Sedangkan pada akhir tahun 2007 Pustekkom Depdiknas telah membagikan ke SMP/MTs di kota seluruh Indonesia televisi, DVD player, parabola dan genset (bagi daerah terpencil) untuk memanfaatkan siaran TVE.
Pemanfaatan TVE
Dalam pemanfaatan TVE yang perlu diperhatikan adalah bahwa kita harus mengetahui program acara yang akan ditayangkan oleh TVE. Strategi pemanfaatan siaran TV-edukasi bisa dilakukan secara:
1. Terintegrasi dengan Proses Belajar Mengajar (PBM)
Dalam pelaksanaannya sebaiknya siaran TVE direkam dulu. Berikut ini adalah contoh langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pembelajaran pada materi Operasi Hitung Aljabar Kelas VII semester ganjil.
1) Apersepsi
a. Mengkoordinasi pembentukan kelompok pada siswa, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.
b. Memberi apersepsi dan motivasi
- Mengingatkan kembali tentang penjumlahan dan pengurangan suku-suku sejenis.
- Menanyakan berapa hasil dari 4kg + 3kg + 5cm + 6cm = ....
- Mengumpulkan alat-alat tulis setiap anggota dalam kelompok masing-masing 2 jenis.
- Siswa diharuskan untuk menyimak materi yang sedang di tayangkan, membuat catatan serta menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam program TVE.
2) Saat menyaksikan program siaran TVE
Guru ikut menyaksikan tayangan bersama siswa sambil mengamati aktivitas siswa dan memfasilitasi kegiatannya.
3) Setelah menyaksikan program siaran TVE
Siswa mengerjakan tugas kelompok, yaitu mengelompokkan benda-benda yang telah dikumpulkan yang masing-masing terdiri dari 2 jenis benda yang berbeda, kemudian siswa membuat bentuk aljabar dari benda-benda dari kedua jenis tersebut dalam bentuk variabel-variabel. Masing-masing kelompok membuat kesimpulan dari program ini, mempresentasikan hasilnya serta memberi kesempatan kelompok lain bertanya. Siswa mengerjakan LKS yang telah disediakan.
4) Langkah Penutup (Tindaklanjut)
Memberikan waktu dan memfasilitasi kelompok dalam penugasan awal serta memberikan rangkuman akhir.
2. Jam kosong
Pada saat jam kosong siswa diberi tugas untuk menonton TVE dan membuat catatan hasil selama menyaksikan TVE.
3. Penugasan di rumah
Penugasan di rumah harus memperhatikan jadwal siaran TVE yang telah disesuaikan dengan materi yang sedang diajarkan.
Manfaat Pemanfaatan TV Edukasi sebagai Media Pembelajaran
a. Bagi Siswa : Siswa termotivasi, sehingga senang belajar tanpa harus meninggalkan kesukaan, hobi dan kebiasaannya.
b. Bagi Guru : Dapat menambah wawasan tentang strategi pembelajaran berbasis IT.
c. Bagi Sekolah : Untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
d. Pengembangan Kurikulum : Merupakan upaya penyempurnaan kurikulum.
Langganan:
Postingan (Atom)